AWAS DEMAM BERDARAH
Ini entah sudah kali ke berapa saya menurunkan postingan ini. Namun oleh karena dimana-mana masih terus bermunculan kasus DBD, saya tak jemu mengangkatnya kembali demi kewaspadaan kita bersama. Rasanya tidak rela kalau hanya karena ketidaktahuan masyarakat, sehingga harus merenggut nyawa. Untuk terkena DBD saja pun mestinya tidak perlu kalau tahu cara mencegahnya.
DBD di Indonesia bersifat endemis, artinya langganan selalu muncul saat musim hujan. Maka terutama di wilayah yang endemis waspadai kalau muncul gejala demam, terlebih demam lebih dari seminggu. Tidak perlu ada gejala perdarahan, apakah bintik merah kulit, atau bercak kehitaman, atau mimisan, setiap demam saja pun sudah mendorong kita memeriksakan diri ke dokter. Paling kurang diperiksa trombosit pembeku darah apakah cenderung menurun. Kalau mau canggih diperiksa darah IgA dan IgG dengue, dan lebih canggih lagi diperiksa NS-one untuk tahu demamnya memang disebabkan DBD. Tujuannya,makin dini dikenali, makin besar kemungkinan teratasi. Terlambat ditangani, mungkin maut akibatnya.
Obat DBD hanya infus, tidak ada yang lain. Bila tergolong berat mungkin perlu transfusi darah, atau asupan trombosit. Tentu perlu pertolongan rumah sakit. Protokolernya, rumah penderita dengan radius 100 meter perlu diasap (fogging) untuk membasmi nyamuk yang sudah menggigit penderita supaya tidak menularkan kepada yang lain. Kebijakan fogging tidak untuk pencegahan, melainkan hanya bila ada kasus DBD saja.
Pencegahan dilakukan untuk menyingkirkan nyamuk kebun Aedes aegypti dan Aedes albopicutus dengan cara 3-M, menguras, menutup lubang, dan meniadakan sarang perindukan nyamuk kebun. Bukan sampah dan tempat kotor tempat berinduk nyamuk kebun melainkan air jernih tergenang, dan bukan comberan. Maka semua air tergenang di sekitar rumah harus disingkirkan. Termasuk nampan di dasar kulkas selain talang air, jambangan bunga. Tidur berkelambu, kulit dibaluri repellent antinyamuk, dan hindarkan barang tergantung di dalam kamar, karena di situ nyamuk sering hinggap.
Air tertampung dibubuhi bubuk abate antilarva nyamuk supaya populasi nyamuk tidak bertambah. Nyamuk menggigit siang dan sore hari, maka cegah gigitan nyamuk, khususnya di sekolah, puskesmas, rumah sakit, dan rumah kosong.
Kasus DBD sering kecolongan, maka waspadai setiap demam. Sekarang bukan penyakit anak-anak saja lagi, orang dewasa pun bisa terkena. Bisa berulang kalau tipe virus yang menyerangnya jenis yang berbeda.
Ongkos perawatan DBD tidak murah, maka lebih baik tidak sampai terkena. Belum risiko langsung merenggut nyawa kalau jenis virusnya ganas, atau mengenai organ tubuh tertentu sehingga terjadi syok (DSS-dengue shock syndrome).
Kita semua bisa mencegahnya, Tapi pemerintah tak bisa sendiri. Masyarakat semua bergotong royong menyingkirkan, membasmi semua nyamuk dan larva nyamuk, dari lingkungan rumah masing-masing. Hanya itu cara melawan DBD karena kita belum bisa meniadakan virus penyebabnya, sementara nyamuk sendiri sudah sering kebal terhadap obat nyamuk, bisa jadi lantaran sudah pakai helm.
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar