Kematian Saat Tidur
Mengenal Empat Penyebab Kematian Saat Tidur
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160118141322-255-105052/mengenal-empat-penyebab-kematian-saat-tidur/
Jakarta, CNN Indonesia
--
Meninggalnya Panji Hilmansyah (31), putra sulung
dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada Minggu (17/1)
meninggalkan tanda tanya. Pasalnya penyebab kejadian tersebut belum
diketahui dengan pasti, karena Panji meninggal secara tiba-tiba dalam
keadaan tidur.
Asisten Menteri Susi, Fika Fawzia beranggapan bahwa meninggalnya Hilman dikarenakan oleh penyakit jantung.
Menurut
dr Hardjo Prawira, Sp.PD.KKV, spesialis penyakit dalam, jantung dan
pembuluh dari OMNI Hospital Pulomas, kematian mendadak dalam tidur
umumnya dikarenakan kurangnya asupan oksigen.
“Ada dua hal yang
bisa menyebabkan hal tersebut, yang pertama dari paru-paru dan yang
kedua dari jantung,” kata dr Hardjo, saat dihubungi CNNIndonesia.com,
Senin (18/1).
Jika penyebabnya paru, menurut dr Hardjo, hal
tersebut bisa jadi karena adanya penyumbatan di saluran napas. “Bisa
jadi karena lidah terjatuh ke belakang saat tidur telentang sehingga
menyebabkan gangguan aliran udara dan penyumbatan,” ujar dia.
Sementara yang kedua adalah karena serangan jantung.
“Serangan
jantung ini menyebabkan otot tidak sempat lagi beradaptasi, sehingga
tidak bisa memompa darah yang membawa oksigen, akibatnya tubuh
kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan kematian,” papar dia.
Lebih
lanjut, dr Hardjo menyebutkan jantung hanya bisa bertahan tanpa aliran
darah kurang dari tiga jam. “Jika lebih dari itu, otot jantung akan
rusak sama sekali dan berhenti memompa. Itu yang kita namakan sudden
cardiac death,” ungkapnya.
Meskipun begitu, dr Hardjo mengatakan
kendati termasuk kematian mendadak, sudden cardiac death pun tidak
datang sekonyong-konyong. Umumnya, hal tersebut diawali penyempitan
pembuluh lalu terjadi gangguan irama jantung.
“Ceritanya setelah itu sama. Asupan oksigen tidak cukup dan terjadi kerusakan jantung,” kata dr Hardjo.
Dia juga menyebutkan beberapa keluhan yang biasanya menyertai serangan
jantung dalam tidur. “Sebelumnya, pasti ada keluhan nyeri dada, sesak
napas, napas jadi pendek atau pegal punggung,” sambungnya.
Pada
beberapa kasus yang sangat parah, pasien bisa merasa seperti tercekik.
“Keluhan rasa nyeri bisa menyebar hingga ke leher dan lengan kiri.”
Jika cepat ditangani, keluhan ini bisa diatasi dan serangan jantung bisa dihindari.
“Masalahnya,
kebanyakan orang Indonesia kurang waspada. Keluhan-keluhan itu dianggap
sepele, dipijat atau dikerok, sudah sehat kembali. Padahal seharusnya
diperiksakan ke dokter,” tegasnya.
Selain kekurangan oksigen yang
menyebabkan kegagalan jantung dan paru-paru, CNNIndonesia.com juga
merangkum empat kemungkinan terbesar yang menjadi penyebab meninggalnya
seseorang saat tertidur lelap, yaitu:
Sindrom Brugada
Sindrom
ini merupakan jenis abnormalitas elektrik jantung bawaan yang sering
menyerang pria dengan usia sekitar 30 tahun saat mereka tertidur lelap.
Sindrom ini lebih sering menyerang orang Asia dibanding wilayah lain.
Sebelum meninggal, penderita akan terlihat seolah sehat-sehat saja.
Bahkan, faktor risiko penyakit jantung koroner mungkin tidak ditemukan
dan struktur jantungnya pun normal. Namun, sebenarnya kelainan ini dapat
dideteksi dengan elektrokardiografi (EKG) yang berfungsi untuk merekam
irama jantung.
Sleep Apnea (Henti Napas)
Hal
ini disebabkan oleh berkurangnya oksigen pada tubuh dikarenakan
sumbatan pernapasan saat tidur. Orang yang mengidap Sleep Apnea dapat
mengalami henti napas selama 10 detik sampai beberapa menit dan untuk
menyebabkan seseorang meninggal, kejadian tersebut akan berulang
sebanyak 5 sampai 30 kali dalam satu jam. Sehingga, jantung terpaksa
untuk bekerja lebih keras dan pada suatu waktu otak akan berhenti
mengirim sinyal pada otot pernapasan. Sleep Apnea sedikit berbeda dengan
Sindrom Brugada karena tidak hanya menyerang dewasa muda saja,
melainkan manula juga. Tidur mendengkur bisa jadi merupakan gejala dari
Sleep Apnea. Obesitas merupakan faktor lain yang mendukung terjadinya
Sleep Apnea.
Bangungot
Istilah tersebut
berasal dari Filipina dengan bahasa Tagalog, yang mana berarti “mimpi
buruk”. Orang Filipina meyakini bangungot disebabkan oleh terlalu
banyaknya konsumsi karbohidrat seseorang sebelum ia tidur. Di Filipina,
43 dari 100.000 orang meninggal karena bangungot. Hasil otopsi atas
seseorang yang mengalami bangungot sama sekali tidak ditemukan masalah
jantung. Masalah yang terjadi adalah kemungkinan terjadinya inflamasi
pada pankreas sebagai akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebihan
tadi. Hal ini juga berkaitan dengan kelainan irama detak jantung.
“Pada
umumnya, penyebab meninggalnya seseorang saat tidur disebabkan oleh
masalah pada irama jantung atau disebut juga aritmia fatal yang dapat
terjadi pada tiap orang,” jelas Ariesca Ann Soenarto, dokter spesialis
penyakit jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Harapan Kita pada
CNNIndonesia.com Senin (18/1).
Penggumpalan Darah
Darah
yang membeku tentu dapat menghambat kelancaran peredaran darah pada
tubuh manusia, karena darah jadi membentuk gumpalan. Selain itu, dapat
pula menghambat sistem kerja di dalam tubuh. Terjadinya penggumpalan
darah dapat menjadi bahaya bila terjadi di bagian otak atau jantung.
Karena dapat menyebabkan kematian mendadak. Penyebab menggumpalnya darah
di otak antara lain adalah penyempitan pembuluh darah di otak, cedera
kepala, dan perokok berat
Maka dari itu, memantau kesehatan tubuh
secara teratur adalah hal penting yang perlu dilakukan selain
menjaganya. Alih-alih menjaga kesehatan tubuh, bisa jadi tiga
kemungkinan di atas tidak terdeteksi secara dini dalam tubuh Anda.
(les/les)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar